Mengapa Doa Bapa Kami tidak terkenal ?

Doa Bapa Kami adalah doa yang tidak terkenal. Padahal doa ini diajarkan oleh hamba Tuhan yang paling terkenal dalam sejarah. Baik di bumi maupun di surga. Mengapa ? Karena terlalu sederhana dan tidak mengandung unsur berkat yang sangat kita dambakan. Bukankah selama ini kita berdoa agar diberkati dan dijauhkan dari masalah ? Relevan kah doa ini ? Mari kita iris tipis-tipis.

Arti Doa Bapa Kami

ALLAH YANG KUPERCAYA

Kepada siapa kita menaikkan keluh kesah, permohonan dan ucapan syukur ? Kepada "sesuatu" yang lebih berkuasa, yang lebih kaya, yang lebih bijaksana, yang lebih dari segala-galanya di-bandingkan kita.

Dengan harapan masalah ini didengarkan, dicari solusinya dan diselesaikan. Atau yang lainnya minta kaya, minta istri cantik, minta disembuhkan dari sakitnya.Orang baik, orang jahat, koruptor, teroris, pelajar, pendeta, jemaat…. Semuanya berdoa kepada Tuhan. Tuhan yang mana ?

Tuhan agama Islam atau Tuhan agama Kristen ? Ataukah Tuhan agama Budha, Hindu, Kong Hu Cu…. Apakah itu Tuhan yang sama atau beda ? Atau pokok’e Allah yang maha kuasa. Apapun mereknya, kecap rasanya manis. Apapun agamanya, Tuhan tetap satu.

Allah yang benar, Allah Semesta Alam

Semua manusia percaya eksistensi atau Allah itu ada. Orang atheis tidak percaya adanya Allah, tetapi mencari cara membuktikan ketiadaan Allah. Bahkan kitab suci kita pun berdasarkan dalil bahwa Allah itu sudah ada. Kalimat pertama Alkitab adalah, “ Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”

Kita berdoa kepada Allah yang maha kuasa sesuai pengertian kita tentang Allah. Tetapi Yesus mengajarkan kita memanggil Allah dengan sebutan bapa. Atau ayah, atau papa atau abah. Atau sesuai kebiasaan kita memanggil ayah kita.

Ketika saya berdoa menggunakan kata bapa, tidak ada sesuatu yang menyentuh perasaan saya karena kebiasaan saya menggunakan kata papa untuk memanggilnya. Ada suatu perasaan dekat, menenangkan dan nyaman ketika saya berdoa menggunakan kata papa.

Meskipun papa sudah tidak ada, tetapi kenangan, kehangatan dan pribadi papa masih ada dan terasa nyata dalam hati. Saya masih bisa membayangkan wajah papa, cara berbicaranya, kemarahannya ataupun sentuhannya. Papa adalah realitas yang nyata dalam hidup saya.

Berbeda sekali dengan Allah yang seakan-akan sesuatu yang asing, "benda" tak dikenal, kuasa yang tidak jelas baik atau jahat. Tidak ada perasaan hormat dan takut yang secara alamiah muncul. Allah itu jauh, tidak dikenal, adil sekaligus menakutkan. Dosa harus dihukum, kebaikan adalah kewajiban, saleh adalah keharusan. Ngeri-ngeri sedap. Upah ketaatan adalah berkat, upah kejahatan adalah neraka. Allah itu hitam dan putih. Tidak ada abu-abu. Pilihannya hanya suci dan dosa. Tidak ada separuh setan dan separuh Tuhan.

Bapa kami yang ada di surga...
Papa yang ada di surga…
Ayahku yang di surga….

Allah adalah papa kita ! Allah itu ayah kita, abah kita ! Atau dengan kata lain, Allah mengakui kamu dan saya adalah anak-anakNya. Kita bukan benda, kita bukan sekedar manusia, bukan sekedar lahir - hidup - dan mati. Kita adalah anak Allah. Anak yang status dan kuasanya sama dengan bapaknya. Anak direktur pertamina, secara otomatis dihormati dan disegani oleh semua pegawai pertamina. Sekalipun kita tidak bekerja di sana, bisa keluar masuk tanpa halangan, dengan menyebut nama bapak kita.

Kapan kita menjadi anak Allah ? Setelah kedatangan Yesus ? Terus, sebelumnya status kita apa ? Musuh Allah ? Hamba Allah ? Saya pikir tidak, karena Allah itu sama, dulu sekarang dan selama-lamanya. Dulu dia mencintai manusia. Setelah jatuh ke dalam dosa pun Allah tetap mencintai manusia. Tetapi seperti covid-19, dosa menghalangi manusia maupun Allah berdekatan. Manusia tidak bisa melihat, memegang atau berjalan bersama-sama dengan Allah. Demikian pula sebaliknya.

Apa yang menghalangi ? Adakah sesuatu yang lebih bekuasa dari Allah ? Ada ! Kekudusan Allah atau kesucian Allah. Dosa tidak bisa bertahan di hadapan Allah. Sebagaimana kemuliaan Tuhan akan membinasakan manusia. Tuhan pun terpaksa menutupi wajahNya ketika bertemu dengan Musa. Bahkan sisa-sisa kemuliaan Tuhan membuat wajah Musa bercahaya.

Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah namaMu…

Kekudusan adalah tanda Allah yang sejati. Yang membedakan antara Allah dengan berhala. Yang tidak akan menerima dosa, sekecil apapun juga. Yang murni, tanpa campuran apapun. 100% emas murni.

Kata pembuka doa yang diajarkan Yesus ini penuh dengan kontradiksi :

Hubungan yang sangat dekat, ayah dan anak. Tetapi berada di ruang dan waktu yang jauh, bumi dan surga.

Standar kesucian menurut Allah yang tidak mungkin dicapai manusia.

Yang mungkin maksudnya seperti ini, “Hai manusia celaka, kotor dan penuh dosa. Bersyukurlah karena Aku, Allah yang tidak kamu kenal, menerimamu tanpa syarat. Bukan sebagai pembantu atau pegawai. Tetapi sebagai anakKu sendiri. “

Kita berdoa kepada Allah yang menyelamatkan. Bukan Allah yang menghakimi atau menghukum. Allah yang dipercaya Yesus, yang diperkenalkan kepada kita.

JADILAH KEHENDAKMU, BERI KAMI SECUKUPNYA

Sekali lagi, doa yang diajarkan Yesus ini bertentangan dengan hakekat doa pada umumnya. Kita berdoa meminta sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan kita. Supaya Tuhan menolong kita. Sebaliknya, kita meminta supaya kehendak Tuhan, rencanaNya terjadi dalam diri kita.

Ketika sakit, kita berdoa, “ Sembuhkan aku Tuhan ! Akulah satu-satunya pencari nafkah di rumah ini. Yang memberi makan anak, istri dan mertua. “

Tetapi, Tuhan mengajarkan kita supaya berdoa seperti ini, “ Sembuhkan aku Tuhan, tetapi bukan kehendakku, melainkan kehendakMu. “

Apa makna doa seperti ini ? Kepercayaan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi kepada Tuhan. Bahwa Dia sanggup melakukan dan memenuhi hal-hal yang tidak kita sanggup lakukan. Bahwa Allah yang kepadanya kita berdoa, memiliki rencana luar biasa dan indah. Yang pada akhirnya akan membuat kita menangis kegirangan.

Situasinya mirip ketika Maria dan Marta meminta Yesus datang untuk menyembuhkan Lazarus yang sedang sakit. Yesus benar-benar datang dan tiba 4 hari setelah Lazarus mati. Kita berdoa meminta kebaikan, tetapi yang terjadi adalah malapetaka. Kita berdoa supaya Tuhan mendatangkan pembeli, namun yang datang adalah penipu.

Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah namaMu.
Jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga…

Allah telah mengangkat kita menjadi anakNya.
Allah meminta kita untuk percaya 100% kepadaNya…

Siapa dia ? Allah macam apa ? Apakah kita bisa percaya Allah yang satu ini ?

Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah namaMu, datanglah kerajaanMu….

Selain suci, Ayah surgawi kita adalah raja !

Dia itu Allah segala Allah… Kalau memang ada banyak Allah. Dia adalah raja segala raja. Atau bos-nya bos kita. Atau atasannya atasan kita. Pucuk pemimpin tertinggi.

Allah adalah penguasa kekekalan. Penguasa setelah kematian. Dunia tingkat tinggi setelah dunia yang kita tinggali saat ini. Dunia pada akhirnya nanti. Karena itu kita berdoa supaya kehendakNya terjadi di bumi.

Berarti, kuasa Allah terbatas dong ! Betul. Dibatasi oleh kebebasan kita. Sama seperti mujijat Yesus di kota kelahiranNya. Di tempat lain banyak terjadi keajaiban, tetapi tidak di tempat asalNya…. Karena mereka tidak percaya. Karena mereka memilih yang masuk akal. Bebas memilih, bebas percaya…. Hanya bisa terjadi di bumi. Tidak di surga. Di surga kehendak Allah selalu terjadi.

“ Bapa angkatlah cawan ini. Tetapi bukan kehendakku. Melainkan kehendakMu. “

Jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga itu bukan perkara gampang. Itu sulit ! Saking sulitnya, Yesus sampai berdoa 3 kali. Beneran tah Tuhan ? Masa seperti ini ? Masa rencanaMu seperti ini ? Nda salah tah ? Ojo mbujuki taah… Aku serius !

Allah pun serius ! Ketiga kalinya Yesus berdoa, datanglah malaikat menguatkan Dia. Selesai perkara.

Kita tidak perlu se-ekstrim itu. Cukup dengan berdoa :

“ Berilah kami pada hari ini makanan secukupnya.”

Allah segala Allah adalah seorang gembala yang baik

Secukupnya…. Secukupnya… Cukup untuk saya makan, cukup untuk dimakan istri dan anak… Hari ini saja. Tidak usah berdoa dan bertanya, buat besok makan apa ?

Bagaimana dengan uang sekolah anak-anak ? Tagihan listrik dan PDAM ? Pajak sepeda motor, PBB rumah ? Pulsa ? Itu baru kebutuhan mendasar ? Apa nda perlu rekreasi ? Sekali-kali pergi ke pantai atau gunung gitu ? Jika doa secukupnya…. Memble doang ? Apa nda iri liat facebook dan IG teman-teman yang foto selfinya bagus dan berkelas ? Mosok update status cuma di dapur, di tempat kerja, di jalan atau OTW ?

Siapa yang nda kepingin pake HP Samsung Tuhan… O… Tuhan… ? Masa seumur hidup pake Xiaomi ? Xiaomi memang cukup buat sms, telpon, wa dan update status.

Tapi layarnya bikin mata pedes dan kameranya jelek. Siapa yang nda kepingin jalan-jalan keluar negri… Mosok tiap tahun dek taman bungkul tok. Keren dikit dek pantai kenjeran. Apakah rencana Tuhan seperti ini ?

Secara konsep aslinya, doa ini memiliki tiga mata pedang:

  1. Hubungan kita dengan Tuhan
  2. Hubungan kita dengan diri sendiri
  3. Hubungan kita dengan orang lain

Lagipula standar cukup dan layak itu berbeda-beda sesuai dengan kondisi ekonomi sosial seseorang. Secukupnya bagi orang kaya itu berbeda dengan secukupnya orang yang belum kaya. Nasi, daging dan sayur adalah standar cukup orang kaya, sementara standar cukup orang tidak kaya adalah nasi dan sayur. Baju layak pakai orang kaya itu Giordano, sementara baju layak pakai orang biasa adalah opoonoke.

Secukupnya yang kita doakan itu adalah cukup menurut standarnya Bapa kami yang ada di Surga. Sederhana berdasarkan standar kerajaan Surga. Seperti apa kerajaan surga itu ? Suatu kerajaan dimana emas, perak dan permata berlimpah-limpah dan tak berharga. Jadi krikil semata.

Empat kali Yesus mengatakan jangan kuatir.

  1. Jangan kuatir akan hidupmu
  2. Jangan kuatir akan tubuhmu
  3. Jangan kuatir akan pakaianmu
  4. Jangan kuatir akan masa depanmu

Jangan kuatir akan hari ini dan jangan kuatir akan masa depan. Seperti sebuah drama keluarga yang terjadi setiap hari di kehidupan kita. Betapa seringnya, kita para suami bertanya-tanya tentang wajah istri kita yang tidak pernah tersenyum bahagia.

Apakah ada sesuatu yang kurang, yang belum kita berikan kepada mereka ? Gaji bulan sudah di setor 90-100%. Kita pergi pagi pulang malam mencari setiap peluang untuk tambahan kebutuhan rumah tangga. Mesikpun tidak selalu, begitu ada cukup tenaga, kita bantu mereka menjaga anak dan membersihkan rumah. Kalau ada uang lebih kita ajak jalan-jalan keluar kota ataupun keluar negri. Apapun untuk membahagiakan istri kita.

Tetapi betapa sering kita melihat muka cemberut, seakan-akan beban hidup mereka terlalu berat. Bukankah sudah ada rumah, ada pembantu, ada atm dan kartu kredit yang bisa mereka pakai untuk menyenangkan hati mereka sendiri. Apa susahnya bersukacita dan percaya bahwa kita bertanggungjawab atas hidup mereka ? Walaupun belum kaya raya. Tidak bisakah kamu berterima kasih dan mengucap syukur memiliki aku ? Tidak kah kamu tahu pujianmu adalah kekuatan bagiku yang mendorongku untuk memberikan lebih banyak lagi ?

Apakah wajah lelahmu akan membuatku bekerja lebih keras lagi ? Tidak ! Justru sebaliknya...itu memicu kemarahanku…..” Apa sih yang di inginkan makhluk ini ?” Sebaliknya, wajah lelah yang kamu tunjukkan melalui senyuman itulah yang mendorongku untuk bekerja lebih keras lagi, memberi lebih banyak lagi dan menyentuh hatiku untuk semakin mencintaimu.

Kamu tertawa sekalipun hatimu pediih...
Kamu percaya sekalipun tidak tahu besok ada makanan apa…
Kamu menghibur, sekalipun tidak tahu harus berbuat apa….

Lalu, aku melihat ke dalam diriku sendiri dan berkata….. “ Ya Tuhan, bukan dia yang salah. Tetapi aku.”

Tuhan memberkati aku, tetapi aku berkata kurang.
Tuhan menjaga hiduku, lengkap dua kaki, dua mata, dua tangan, tetapi aku menggerutu.
Tuhan memberi proyek besar, tetapi aku mengeluh betapa banyak masalahnya.
Tuhan memberi aku proyek kecil, tetapi aku berkata tidak cukup untuk membeli mobil baru.
Diberkati tidak bahagia, tidak diberkati juga tidak bahagia….

Jadi apa mauku ? Apa yang membuat diriku bahagia ? Karena istri adalah cerminan suami !

Dan laki-laki adalah cerminan dari gambar dan rupa Allah.

Terulang kembali sejarah awal dunia ini. “Hai Adam. Apa yang telah kau lakukan ? Apakah engkau memakan buah yang Kularang itu ? “

“ Perempuan yang kau taruh di sampingku. Yang menyuruhku memakannya.”

Terulang kembali peristiwa di padang gurun. Israel menggerutu, minta air kek, minta roti kek, minta daging kek. Yang semakin membuat Tuhan Allah sakit hati adalah membandingkan anugerahNya dengan peristiwa dulu. Dulu di Mesir lebiih enak. Dulu makan daging, kumpul-kumpul, gak bingung makan apa ae.

Kehendak Tuhan itu lurus, kehendak manusia itu mbulet

Ketika istri berkata dulu...dulu...dulu...dulu dan dulu….. Betapa marahnya kita.
Ketika Israel berkata dulu...dulu...dulu… Dan dulu….. Tuhan memutuskan untuk membunuh mereka. Walaupun dicegah Musa…. Mereka mati di padang gurun, mati di tanah tanpa perjanjian.

Apakah kata “secukupnya” itu begitu menakutkan ? Apakah kata “berlimpah” itu menyenangkan ?

Berarti kamu masih anak-anak.

Anak-anak selalu minta dua, tiga, empat, lima, enam sampai kenyang. Sekali merasakan indomie goreng, akan minta setiap kali makan. Sekali merasakan ayam McDonalds akan minta lagi lagi dan lagi. Minta es krim yang banyak-banyak. Bangun tidur makan es krim, siang es krim, malam es krim.

Apa yang enak, minta banyak. Apa yang tak enak, sekalipun dipaksa tidak akan ditelan. Dan orangtua selalu kalah dengan tangisan mereka.

Di jaman ini, membuat anak kecil duduk tenang itu mudah. Cukup berikan mereka HP. Ajari mereka install game dan buka Youtube. Dijamin duduk tenang dan damai-lah hidup kita.

Mana ada orang tua yang memberikan batu kepada anaknya ketika mereka minta roti ? Atau memberi ular ketika meminta ikan ?

Tidak ada ayah yang tersentuh hatinya melihat anaknya bermain kardus bekas. Tetapi belum waktunya memberikan HP. Karena itu merusak, bukan membangun. Demikian pula berkat yang berlebihan pada orang yang belum siap.

Itupun sudah dijanjikan terlebih dulu oleh Bapa kita di surga. Carilah dulu maksud dan tujuan Allah atas hidupmu, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu !

PENCOBAAN ITU ADA DAN TIDAK DAPAT DIHINDARI

Ujian dan pencobaan bentuknya sama, tujuan beda. Yang satu untuk menjatuhkan, lainnya untuk mengangkat. Manusia menciptakan ujian, mulai dari anak-anak sampai tua. Yang lebih tua menguji yang muda. Yang lebih pintar menguji yang mau pintar. Ada guru, ada murid.

Ujian memaksa kita untuk mengingat apa yang sudah diajarkan. Ujian juga menuntut kita untuk menggabungkan beberapa pemahaman. Ujian itu gampang-gampang susah karena materinya adalah hal-hal yang sudah pernah diajarkan. Susah karena kita tidak mau belajar. Tidak mau membuka pikiran terhadap hal-hal yang belum dipahami.

Tidak lulus ujian berarti harus mengulang. Tidak mau mengulang berarti harus keluar sekolah. Atau kalo bapaknya tajir, kasih sumbangan besar ke sekolah….sim salabim… Naik kelas !

Tapi, di kelas itu kita tidak mengerti apapun yang diajarkan guru kita. Karena pelajaran sekarang ini ada hubungannya dengan pelajaran lalu. Karena pelajaran lalu adalah dasar pelajaran sekarang ini. Demikian pula pelajaran saat ini adalah dasar untuk pelajaran berikutnya.

Soal cerita adalah pelajaran kombinasi

Soal cerita adalah kombinasi angka dan bahasa. Anak-anak harus tahu dulu simbol dan arti kata. Satu apel ditambah satu apel belum tentu menjadi dua apel. Tetapi satu ditambah satu selalu dua. Ibu mempunyai satu keranjang apel di atas meja. Kemudian adik menaruh satu apel lagi di keranjang tersebut. Berapa jumlah apel di dalam keranjang tersebut ? Tidak tahu.

Anak kelas 1 SD pasti menjawab dua...dua...dua...dua….! Karena dalam pikirannya satu apel di tambah satu apel. Satu ditambah satu sama dengan dua.

Apakah salah manusia menguji manusia ?

Apakah Tuhan dapat disalahkan karena menguji manusia ? Bukankah sudah kodratnya, ujian itu harus ada. Bukan untuk menjatuhkan manusia. Tetapi untuk memaksimalkan kemampuannya sendiri. Bahwa kita bisa lebih baik dari hari ini. Bahwa kita bisa lebih pintar lagi. Bahwa kita bisa lebih kuat lagi. Sampai dimana batas kekuatan manusia ? Sampai kita sendiri bilang tidak mampu lagi.

Selama kita menolak menyerah, selama kita tidak mau berhenti mencoba, selama kita menyangkal keterbatasan kita, selama kita yakin hal itu mungkin. Maka tidak ada batasan yang bisa membatasi manusia. Karena manusia adalah gambar dan rupa Allah. Tanah yang diisi roh Allah sendiri. Yang memiliki daya cipta dan imajinasi yang tak terbatas.

Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

Fakta kehidupan berdasarkan sudut pandang Tuhan adalah :

  • Pencobaan itu ada
  • Si jahat itu ada

Sejarah kehidupan manusia dimulai setelah kejatuhan malaikat. Jadi, pada mulanya Tuhan menciptakan malaikat. Kemudian malaikat jatuh dalam dosa. Mereka dibuang dari surga, melayang-layang dalam kegelapan tanpa bentuk, ruang dan waktu.

Lalu Tuhan Allah menciptakan bentuk, menaruhnya ke dalam ruang dan waktu. Di suatu tempat, Tuhan Allah menciptakan taman Eden dan menempatkan manusia di sana, untuk berhubungan denganNya. Pada mulanya, manusia diciptakan untuk menikmati dan mengelola ciptaan Tuhan Allah. Tujuan ini tidak berubah, baik sekarang maupun masa depan.

Tetapi, di tengah-tengah taman itu ada satu pohon yang buahnya tidak boleh dimakan. Ujian pertama bagi manusia. Dari 1.000 buah, hanya ada satu yang terlarang. Dari 100%, ada 99% berkat Tuhan dan 1% kutuk. Ada 9.999 kebahagiaan dan 1 penderitaan. Selalu lebih besar anugerah daripada dosa. Lebih banyak kasih daripada benci. Lebih banyak pengampunan daripada hukuman.

Ibarat perang, 1.000 tentara melawan 1 musuh. Jelas yang lebih banyak yang menang. Ibarat main game, gold kita 999.999.999. Semua item bisa kita beli, semua pembangunan bisa kita percepat. Siapakah yang sanggup melawan kita ? Tetapi, kenyataannya berbeda.

Hawa lebih tertarik buah terlarang itu daripada 999 buah lainnya. Adam lebih mendengarkan Hawa daripada Tuhan Allahnya. Israel lebih memilih menggerutu di padang gurun daripada meminta dengan baik-ba ik. Kita lebih memilih melihat masalah kita daripada Allah yang besar. Kita lebih memikirkan kemungkinan terburuk daripada kemungkinan terbaik. Pada akhirnya kita meng-ilah kan pikiran kita, sebagai kebenaran. Mengapa bisa terjadi ?

Karena di dalam ujian mungkin terselip pencobaan. Dan di dalam pencobaan juga tersembunyi ujian. Ada Tuhan dan ada setan dalam kehidupan kita sehari-hari. Itulah keunikan manusia. Diciptakan diantara keduanya. Dua kekuatan yang saling menarik kita. Yesus tidak menyangkal hal ini. Bahkan menegaskan kembali, berdoalah demikian:

Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskan kami dari yang jahat.

Dan sejarah membuktikan bahwa manusia selalu tertarik ke arah si jahat. Sekalipun di restart Tuhan, kecenderungan ini tidak berubah. Ketika air bah membinasakan seluruh dunia, tertinggal keluarga Nuh saja. Dosa tetap muncul kembali. Apa artinya ? Si jahat lebih pinter dari kita. Kita tidak akan mungkin menang melawan mereka, dengan kekuatan kita sendiri

Satu-satunya yang dapat mengalahkan kecerdikan si jahat adalah pimpinan Tuhan. Setiap hari, setiap jam, setiap detik kita harus meminta Tuhan menjauhkan kita dari pencobaan dan meminta Tuhan melepaskan kita dari si jahat. Dengan cara menaklukan segenap akal budi, segenap jiwa dan segenap hati kepada Tuhan.

Karena, Engkaulah yang memiliki kerajaan, kuasa dan kemuliaan sampai selam-lamanya. Amin.

PENGUASA DUNIA SESUNGGUHNYA

Ketika Pilatus berkata, “ Tidak tahukah kamu, kalau aku berkuasa membebaskan atau menyalibkan engkau ?”

Yesus menjawab, “ Engkau tidak punya kuasa atasku, jika kuasa itu tidak diberikan dari atas...”

Beranikah anda bilang seperti itu pada polisi yang menilang anda ? Kamu tidak berhak menilang saya, jika tidak diberi kuasa oleh Allah. Dieeeng !

Di bumi ada struktur kekuasaan, dari yang paling tidak berkuasa, sedikit berkuasa, lumayan berkuasa, berkuasa dan sangat berkuasa. Demikian pula di surga. Pertanyaannya, mana yang lebih berkuasa ? Raja bumi atau raja surga ? Siapa yang anda pilih ? Siapa yang anda percayai ?

Ketika mendapat masalah, siapa yang anda cari ? Orang berkuasa atau Tuhan ? Ketika mendapat rejeki, siapa yang anda beri ? Ketika terjadi segala hal ? Kepada siapa anda bercerita ?

Karena Engkaulah yang memiliki kerajaan, kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.

Ini adalah sebuah keputusan yang harus kita pilih, kita ingat setiap hari. Kita percayai sebagai kebenaran di dunia. Dengan perbuatan yang didasari iman dan pengharapan.

Ketika menghadapi masalah, kita harus tetap bahagia dan tetap tenang. Karena ujian dan pencobaan adalah hal yang harus terjadi dalam kehidupan. Karena masalah ini akan selesai dengan akhir yang bahagia. Dengan iman, kita percaya penyertaan dan pimpinan Tuhan. Dengan pengharapan akan berkat.

Kesalahan bangsa Israel di padang gurun adalah tidak memandang, tidak memegang dan tidak membayangkan tanah perjanjian yang akan datang ke masa sekarang. Mereka memandang padang gurun yang tandus, memegang batu dan pasir dan membayangkan hidup selamanya di tempat ini.

Fokuskan pandangan kita pada yang empunya kerajaan. Serahkan pemikiran kita kepada yang empunya kuasa. Harapkan kemahsyuran Tuhan dinyatakan dalam hari-hari kita.

Janji Tuhan kepada Abraham

Pergilah ke kamarmu yang tersembunyi, dan berdoalah kepada Bapamu yang di Sorga,

Bapa kami yang ada di surga,
Dikuduskanlah namaMu, datanglah kerajaanMu,
Jadilah kehhendakMu di bumi, seperti di surga

Berikanlah kami pada hari ini makanan secukupnya,
Ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.

Janganlah masukan kami ke dalam pencobaan,
Tetapi bebaskanlah dari yang jahat.

Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, kuasa dan kemulian untuk sekarang dan selama-lamanya. Amin.

 

Share this content